Sejarah Tradisi Sekaten Keraton Yogyakarta
February 16, 2011 19 Comments
Pada tahun 1939 Caka atau 1477 Masehi, Raden Patah selaku Adipati Kabupaten Demak Bintara dengan dukungan para wali membangun Masjid Demak. Selanjutnya berdasar hasil musyawarah para wali, digelarlah kegiatan syiar Islam secara terus-menerus selama 7 hari menjelang hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. Agar kegiatan tersebut menarik perhatian rakyat, dibunyikanlah dua perangkat gamelan buah karya Sunan Giri membawakan gending-gending ciptaan para wali, terutama Sunan Kalijaga.
Setelah mengikuti kegiatan tersebut, masyarakat yang ingin memeluk agama Islam dituntun untuk mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata Syahadatain itulah kemudian muncul istilah Sekaten sebagai akibat perubahan pengucapan. Sekaten terus berkembang dan diadakan secara rutin tiap tahun seiring berkembangnya Kerajaan Demak menjadi Kerajaan Islam.
Demikian pula pada saat bergesernya Kerajaan Islam ke Mataram serta ketika Kerajaan Islam Mataram terbagi dua (Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta) Sekaten tetap digelar secara rutin tiap tahun sebagai warisan budaya Islam. Di Kasultanan Ngayogyakarta, perayaan sekaten yang terus berkembang dari tahun ke tahun pada dasarnya terdapat tiga pokok inti yang antara lain:
- Dibunyikannya dua perangkat gamelan (Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu) di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta selama 7 hari berturut-turut, kecuali Kamis malam sampai Jumat siang.
- Peringatan hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW pada tanggal 11 Mulud malam, bertempat di serambi Kagungan Dalem Masjid Agung, dengan Bacaan riwayat Nabi oleh Abdi Dalem Kasultanan, para kerabat, pejabat, dan rakyat.
- Pemberian sedekah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan, berupa Hajad Dalem Gunungan dalam upacara Garebeg sebagai upacara puncak sekaten.
Kegiatan pendukung event tersebut adalah diselenggarakannya Pasar Malem Perayaan Sekaten selama 39 hari, event inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat Jogja maupun luar Jogja.
Sumber : Koran Kedaulatan Rakyat
Pingback: Tweets that mention Sejarah Tradisi Sekaten Keraton Yogyakarta -- Topsy.com
Pingback: 7 Jurusan Perkuliahan Yang Paling Menjanjikan Di Masa Depan « Prista Fantasia
weeeewww,,,,
Upacara skaten kli ini bnar2 meriah,,,,
Kuuueeerreennnn
Pingback: Sejarah Warung Angkringan Atau HIK « Prista Fantasia
Pingback: Sejarah Asal Mula Nasi Kucing « Prista Fantasia
Pingback: Sejarah Asal Mula Nasi Kucing | Phandoe.com
Pingback: Basiyo Pelawak Yang Mampu Melewati Batas Ruang dan Waktu « Prista Fantasia
Pingback: Sejarah Warung Angkringan (HIK) « Smart Thinking Point and Idea
Pingback: Berita Gokil – Sejarah Asal Mula Nasi Kucing
pengen tanya dong, sebenernya boleh ga sih kalo salah satu keturunan keraton nikah sama keturunan sunda?? masalahnya cewek gue keturunan HB-2 nih,,, rada berat buat bisa sampe jenjang paling serius,,, minta pendapatnya yah,,, thanks before…
kayaknya nggak masalah mbak, disamping sekarang sudah jaman m0dern, di jaman dulu pun pernah ada c0ntohnya raja hayam wuruk yang mau meminang putri dari kerajaan padjajaran
makasih udah menambah wawasan
terima kasih atas ilmunya.
salah satu acara sakral yang berlangsung tiap tahun di Yogya ini sedah menjadi salah satu pasar rakyat yang sangat menghibur dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Yogyakarta..btw..salam kenal ya..
thanks jadi mudah buat ngisiin soal
HEHEHEHE
Cukup menarik artikelnya
sankyuu infonya kak~!! XD
Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!.Berapa banyak orang Jawa atau pemerhati sejarah yang terjebak cerita tendensius Ki Ageng Mangir, padahal Ki Ageng mangir adalah seorang mualaf yang sangat tinggi ilmunya, Pengislamanya menjadi kacau balau dengan adanya cerita pembunuhan dirinya oleh Kanjeng Panembahan Senopati, sehingga yang timbul adalah cerita tentang kepengecutan P.Senopati, padahal Mangir terbunuh oleh konspirasi yang tidak ingin kekuatan Mataram berkembang dengan adanya Mangir dalam jajaran kekuatan Mataram. Mangir memang terbunuh oleh batu gatheng dari belakang dengan kepala pecah, tetapi bukan oleh P Senopati melainkan oleh P.Ronggo.Ada banyak versi tentang Ki Ageng Mangir dan Kanjeng Ratu Roro Sekar Pembayun, namun kami dari pihak trah Mangir mempunyai versi yang sangat berbeda dari versi yang selama ini tercerita , baca blog kami http://panyutro.blogspot.com/ , akan anda temui kejutan sesungguhnya trah Mangir adalah trah yang sangat mempersiapkan diri untuk menjadikan keturunannya tokoh pemimpin terbaik bangsa ini dimasa yang akan datang
Nambahin dikit buat info Sekaten 😀
http://jogja.kotamini.com/stream/city/sekaten-yang-selalu-ada-di-jogja/